Nama : Selviana
Dianasari
Kelas : 3EB25
NPM : 28213362
PENGERTIAN PENALARAN
Penalaran adalah
proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang
menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang
sejenis juga akan terbentuk proposisi– proposisi yang sejenis, berdasarkan
sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan
sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang
disebut menalar. Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan
disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut
dengan konklusi (consequence).
PENALARAN INDUKTIF DAN DEDUKTIF
1.
Penalaran Induktif
Induksi /
induktif adalah suatu proses berpikir yang bertolak dari sejumlah fenomena
individual untuk menurunkan suatu kesimpulan (inferensi). Proses penalaran ini
mulai bergerak dari penelitian dan evaluasi atas fenomena-fenomena yang ada.
Karena semua fenomena harus diteliti dan dievaluasi terlebih dahulu sebelum
melangkah lebih jauh ke penalaran induktif, maka proses penalaran itu juga
disebut sebagai corak berpikir yang ilmiah. Namun induksi sendiri tak akan
banyak manfaatnya kalau tidak diikuti oleh proses penalaran deduktif. Pengertian
fenomena-fenomena individual sebagai landasan penalaran induktif harus
diartikan pertama-tama sebagai data-data maupun sebagai pernyataan-pernyataan,
yang tentunya bersifat faktual pula.
Proses penalaran
induktif dapat dibedakan lagi atas bermacam-macam variasi seperti generalisasi,
hipotese dan teori, analogi induktif, kausal dan sebagainya.
Contoh
penalaran induktif :
Harimau
berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan. Babi berdaun telinga
berkembang biak dengan melahirkan. Ikan paus berdaun telinga berkembang biak
dengan melahirkan.
2.
Penalaran Deduktif
Sebagai suatu
istilah dalam penalaran, deduktif / deduksi adalah merupakan suatu proses
berpikir (penalaran) yang bertolak dari sesuatu proposisi yang sudah ada, menuju
kepada suatu proposisi baru yang berbentuk suatu kesimpulan. Dari
pengalaman-pengalaman hidup kita, kita sudah membentuk bermacam-macam
proposisi, baik yang bersifat umum maupun bersifat khusus. Proposisi baru itu
tidak lain dari kesimpulan kita mengenai suatu fenomena yang telah kita
identifikasi dengan mempertalikannya dengan proposisi yang umum.
Dalam penalaran
deduktif, penulis tidak perlu mengumpulkan fakta-fakta. Yang perlu baginya
adalah suatu proposisi umum dan suatu proposisi yang mengidentifikasi suatu
peristiwa khusus yang bertalian dengan suatu proposisi umum tadi. Bila
identifikasi yang dilakukannya itu benar, dan kalau proposisinya itu juga
benar, maka dapat diharapkan suatu kesimpulan yang benar.
Uraian mengenai
proses berpikir deduktif ialah seperti silogisme kategorial, entimem, rantai
deduksi, silogisme alternatif, silogisme hipotesis dan sebagainya.
Contoh penalaran deduktif:
Contoh penalaran deduktif:
Masyarakat Indonesia konsumtif
(umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan
imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif
sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial.
KETERKAITAN PENALARAN DALAM PROSES
PENULISAN ILMIAH
Suatu karangan
sesederhana apapun akan mencerminkan kualitas penalaran seseorang. Penalaran
itu akan tampak dalam pola pikir penyusuan karangan itu sendiri. Penalaran
dalam suatu karangan ilmiah mencakup 5 aspek/matra. Kelima aspek tersebut
adalah:
a.
Aspek keterkaitan
Aspek
keterkaitan adalah hubungan antarbagian yang satu dengan yang lain dalam suatu
karangan. Artinya, bagian-bagian dalam karangan ilmiah harus berkaitan satu sama
lain. Pada pendahuluan misalnya, antara latar belakang masalah – rumusan masalah
– tujuan – dan manfaat harus berkaitan. Rumusan masalah juga harus berkaitan
dengan bagian landasan teori, harus berkaitan dengan pembahasan, dan harus
berkaitan juga dengan kesimpulan.
b.
Aspek urutan
Aspek
urutan adalah pola urutan tentang suatru yang harus didahulukan/ditampilkan kemudian
(dari hal yang paling mendasar ke hal yang bersifat pengembangan). Suatu karangan
ilmiah harus mengikuti urutan pola pikir tertentu.Pada bagian Pendahuluan, dipaparkan
dasar-dasar berpikir secara umum. Landasan teori merupakan paparan kerangka
analisis yang akan dipakai untuk membahas. Baru setelah itu persoalan dibahas
secara detail dan lengkap. Di akhir pembahasan disajikan kesimpulan atas pembahasan
sekaligus sebagai penutup karangan ilmiah.
c.
Aspek argumentasi
Yaitu
bagaimana hubungan bagian yang menyatakan fakta, analisis terhadap fakta, pembuktian
suatu pernyataan, dan kesimpulan dari hal yang telah dibuktikan. Hampir sebagian
besar isi karangan ilmiah menyajikan argumen-argumen mengapa masalah tersebut
perlu dibahas (pendahuluan), pendapat-pendapat/temuan-temuan dalam analisis
harus memuat argumen-argumen yang lengkap dan mendalam.
d.
Aspek teknik penyusunan
Yaitu
bagaimana pola penyusunan yang dipakai, apakah digunakan secara konsisten. Karangan
ilmiah harus disusun dengan pola penyusunan tertentu, dan teknik ini bersifat baku
dan universal. Untuk itu pemahaman terhadap teknik penyusunan karangan ilmiah
merupakan syarat multak yang harus dipenuhi jika orang akan menyusun karangan
ilmiah.
e.
Aspek bahasa
Yaitu
bagaimana penggunaan bahasa dalam karangan tersebut? baik dan benar? Baku? Karangan
ilmiah disusun dengan bahasa yang baik, benar dan ilmiah. Penggunaan bahasa
yang tidak tepat justru akan mengurangi kadar keilmiahan suatu karya sastra lebih-lebih
untuk karangan ilmiah akademis. Beberapa ciri bahasa ilmiah: kalimat pasif,
sebisa mungkin menghindari kata ganti diri (saya, kami, kita), susunan kalimat
efektif/hindari kalimat-kalimat dengan klausa-klausa yang panjang.
DAFTAR PUSTAKA